Rabu, 16 Desember 2015

Contoh Hard News dan Soft News

Hard News

Warga Batununggal Mengeluh
Listrik Mati, Aktivitas Warga Terhenti

Bandung (KOMPAS)-Pemadaman listrik di sekitar kecamatan Batununggal, Bandung, Minggu (13/12), membuat aktivitas warga menjadi terganggu. Pemadaman listrik secara mendadak ini belum pernah terjadi selama satu tahun terakhir. Warga menyayangkan tidak adanya pemberitahuan dari pihak PLN mengenai pemadaman tersebut.
Pemadaman listrik terjadi selama sembilan jam mulai dari pukul 11.00 hingga 20.00. Warga Binong Jati, kecamatan Batununggal yang sebagian besar memiliki usaha rajut harus menghentikan produksinya akibat terjadinya pemadaman listrik. Hal tersebut membuat mereka harus merugi karena tidak dapat terpenuhinya permintaan pasar.
Selain itu, karena tidak adanya pemberitahuan, warga harus menghentikan pekerjaan rumah mereka. “Dari hari Senin sampai Sabtu saya dan suami kerja, jadi hanya pas hari Minggu saja saya bisa mengerjakan pekerjaan. Eh, malah mati listrik. Padahal cucian dan setrikaan numpuk, saya jadi tidak bisa beresin semuanya,” tutur salah satu warga.
Ditemui di Kantor PLN Jl. Ibrahim Adjie, Ketua PLN, Agus Supratman, menyebutkan pemadaman listrik secara mendadak disebabkan kurangnya daya kapasitas gardu yang ada di Batununggal. Agus juga menegaskan warga tidak perlu khawatir lagi, karena masalah tersebut sudah diatasi dan warga bisa kembali berktivitas seperti biasanya.

Soft News
Wanita Perokok Semakin Meningkat
         Jumlah perokok wanita di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), jumlah perokok perempuan pada 2007 mencapai 5,2%, sedangkan pada 2013 meningkat menjadi 6,7% yaitu sebanyak 1.890.135 merupakan wanita perokok aktif dari keseluruhan penduduk wanita Indonesia.
         Penyebab terjadinya peningkatan jumlah tersebut karena adanya gaya hidup bebas, serta pengaruh kebiasaan dari orang terdekat misalnya ibu perokok atau teman sepergaulan yang perokok. Selain itu, budaya dan tradisi merokok yang masih dianggap wajar. Gencarnya iklan rokok yang ditampilkan di media juga menjadi penyebab meningkatnya jumlah perokok wanita di Indonesia.
         Bukan hanya penyakit stroke, hipertensi dan kanker saja yang muncul akibat merokok. Namun, juga mempengaruhi angka kematian bayi. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, jumlah bayi berat lahir rendah (BBLR) mencapai 58% dan 30% di antaranya disebabkan karena rokok, baik dari ibunya sendiri yang mengonsumsi rokok maupun paparan lingkungan di sekitarnya. Diketahui bahwa asap rokok mengandung sekitar 4.000 bahan kimia, dan berhubungan dengan sedikitnya 25 penyakit di tubuh manusia.
         Agar jumlah perokok aktif tidak semakin bertambah, semua bungkus rokok kini disertai gambar peringatan kesehatan. Di tempat-tempat umum pun sekarang sudah dilengkapi dengan adanya kawasan tanpa asap rokok, hal tersebut bertujuan untuk melindungi para perokok pasif dari ancaman bahaya rokok.

Rabu, 09 Desember 2015

Hard News

HARD NEWS dan SOFT NEWS

Ada dua tipe dalam penulisan jurnalistik, yaitu hard news dan soft news.Kedua tipe tersebut memiliki ciri khas masing-masing. Berikut adalah ciri-ciri dari masing-masing jenis penulisan yang membedakan keduanya.
Hard news, adalah berita penting yang harus disampaikan langsung ke publik. Berita jenis ini tidak bisa ditunda pemberitaanya karena akan cepat basi. Kadang penulisan berita macam ini juga disebut breaking news, spot news, atau straight news.
Ada beberapa ciri-ciri khas dari Hard news. Pertama, mementingkan aktualitas. Definisi dari aktual adalah sedang menjadi pembicaraan orang banyak atau peristiwa yang baru saja terjadi. Kita ambil contoh, misalnya judul berita: Intelijen Korea Bantah Curi Data Delegasi RI, merupakan berita tanggal 21 Februari 2011, apakah berita macam ini masih punya nilai berita jika tidak disajikan pada hari itu juga? Tentu saja tidak. Berita seperti ini akan cepat kehilangan nilai jualnya. Karenanya, berita hard news sangat mementingkan aktualitas.
Ciri yang kedua adalah memakai sistem piramida terbalik dalam penulisan berita. Artikel berbentuk berita ini memiliki struktur unik, yaitu inti informasi ditulis pada alinea awal (disebut sebagai "lead”) dan data-data penting menyusul pada alinea-alinea selanjutnya, lalu penjelasan tambahan, dan diakhiri dengan informasi lain yang bukan bersifat informasi utama. Inilah yang disebut sebagai piramida terbalik.
Bagi pembaca sebuah artikel, piramida terbalik memudahkannya menangkap inti cerita, sebab informasi yang paling pokok langsung dibeberkan sejak alinea-alinea awal. Sementara bagi redaktur di meja redaksi, piramida terbalik juga memberi keuntungan. Yaitu ketika sebuah artikel harus diperpendek karena kolom terbatas sementara waktu sudah mepet, maka redaktur tinggal memotong bagian bawah. Kalimat-kalimat yang dibuang itu tidak akan mengurangi makna artikel, asalkan ditulis dalam bentuk piramida terbalik.
Agar tercipta hard news yang baik maka lead harus baik pula. Lead yang baik harus memenuhi satu syarat, yaitu pemakaian 5W + 1H, Singkatan dari “what, who, when, where, why, how,” yang dalam bahasa Indonesia menjadi “apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, bagaimana.” Semua unsur inilah yang harus terkandung dalam sebuah hard news. Contoh lead yang diambil dari vivanews.com :  Intelijen Korea Bantah Curi Data Delegasi RI -- Kamar VIP di Lotte Hotel, tempat delegasi Indonesia menginap selama di Seoul, Korea Selatan, disantroni penyusup. Tiga orang mencurigakan -- dua laki-laki dan seorang perempuan mencuri data dari laptop menggunakan USB. Para pelaku kabur saat kepergok salah satu staf dari Indonesia. 
Ciri yang ketiga adalah kelengakapan dari isi beritanya. Lengkapnya sebuahhard news, bisa dipenuhi apabila pemakaian 5W + 1H sudah diterapkan. 5W+1H adalah unsur berita dan harus ada. Bayangkan, jika salah satu unsur dari enam unsur tersebut tidak ada. Pasti berita tersebut sarat akan informasinya sehingga tidak ada kelengkapan.
Ciri yang keempat adalah untuk memberi informasi. Sebagai jendela, agar para pembaca yang tidak tahu menjadi tahu. jika mengambil contoh berita dari vivanews.com, kita tidak akan tahu apakah ada data rahasia yang dicuri oleh intelejen korea? Lewat hard news, fungsi memberi info sangat diprioritaskan.
Ciri yang kelima adalah panjang dari hard news 100-200 kata. Tidak perlu panjang-panjang karena fungsinya memberi info yang aktual dan memenuhi unsur 5W+1H.
Beralih ke soft news. Berita soft news adalah berita yang dari segi struktur penulisan relatif lebih luwes, dan dari segi isi tidak terlalu berat. Soft news umumnya tidak terlalu lugas, tidak kaku, atau ketat, khususnya dalam soal waktunya. Misalnya: tulisan untuk menggambarkan kesulitan yang dihadapi rakyat kecil akibat krisis ekonomi akhir-akhir ini. Selama krisis ekonomi ini masih berlanjut, berita itu bisa diturunkan kapan saja. Atau tulisan tentang artis Meriam Bellina, yang punya hobi baru mengkoleksi pot bunga antik. Biasanya lebih banyak mengangkat aspek kemanusiaan (human interest).
Dari segi bentuknya, soft news masih bisa kita perinci lagi menjadi dua: news feature dan feature. Feature adalah sejenis tulisan khas yang berbentuk luwes, tahan waktu, menarik, strukturnya tidak kaku, dan biasanya mengangkat aspek kemanusiaan. Panjang tulisan feature bervariasi dan boleh ditulis seberapa panjang pun, sejauh masih menarik. Misalnya, feature tentang kehidupan sehari-hari nelayan di Marunda. Sedangkan news feature adalah feature yang mengandung unsur berita. Misalnya, tulisan yang menggambarkan peristiwa penangkapan seorang pencuri oleh polisi, yang diawali dengan kejar-kejaran, tertangkap, lepas lagi, dan semua liku-liku proses penangkapan itu disajikan secara seru, menarik, dan dramatis, seperti kita menonton film saja.


MAKALAH FEATURE

BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Perkembangan teknologi komunikasi telah berpengaruh terhadap peran media massa cetak. Akibat perkembangan teknologi ini, media massa menjadi dijauhi dan menyebabkan manusia purna aksara menjadi buta aksara lagi. Hal ini disesalkan Marshall Mc Luhan, bahwa terdesaknya media cetak oleh media elektronik mengakibatkan tersisihnya sastra sebagai salah satu mata rantai komunikasi antar generasi. Namun dengan hadirnya media massa elektronik tidak menghapus keberadaan media massa cetak, bahkan diperlukan. Namun, persaingan antara media massa cetak dan media massa elektronik membuat media masa cetak harus memiliki sesuatu yang berbeda dari media massa elektronik. Di sinilah feature mengambil perannya dalam persaingan antar jenis media ini. Feature sekarang ini merupakan sesuatu yang tidak bisa tidak harus ada dalam surat kabar. Terutama dalam menghadapi persaingan dengan media elektronik yang juga memiliki jenis feature udara.
Menulis features seperti halnya menulis karya nonfiksi lainnya, seperti artikel, esai, laporan penelitian, dsb. Ia tetap ditulis dengan menggunakan data atau referensi. Namun, ia sangat berbeda dengan hard news di surat kabar. Features cenderung dipaparkan secara hidup sebagai pengungkapan daya kreativitas, kadang-kadang dengan sentuhan subjektivitas si penulis terhadap peristiwa, situasi, dsb. Oleh karena itu pada makalah ini kami akan membahas tuntas mengenai features.
1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Apa pengertian tulisan feature?
1.2.2        Apa jenis-jenis dan ciri-ciri dari penulisan feature?
1.2.3        Unsur-unsur apa saja yang terdapat dalam tulisan feature?
1.2.4        Bagaimana teknik menulis feature beserta contoh feature?

1.3  Tujuan Makalah
1.3.1        Menyebutkan pengertian feature
1.3.2        Mengetahui jenis dan ciri-ciri dari penulisan feature
1.3.3        Menjabarkan unsur-unsur yang terdapat dalam tulisan features
1.3.4        Mengetahui teknik penulisan features beserta contohnya


BAB II
PEMBAHASAN
2.1         Pengertian Feature
Secara sederhana, feature adalah cerita atau karangan khas yang berpijak pada fakta dan data yang diperoleh melalui proses jurnalistik. Disebut cerita atau karangan khas, karena feature bukanlah penuturan atau laporan tentang fakta secara lurus atau lempang sebagaimana dijumpai pada berita langsung (straight news).
Apa yang dijelaskan Rivers dalam The Mass Media: Reporting, Writing, Editing (1967) mungkin bisa membantu kita untuk lebih memahami apa itu feature. Rivers menunjukkan, kita mempunyai kisah atas fakta-fakta yang telanjang, dan itu kit sebut sebagai berita. Di samping berita kita jumpai lagi tajuk rencana, kolom, dan tinjauan yang kita sebut artikel atau opinion pieces. Sisanya yang terdapat dalam lembaran surat kabar, itulah yang disebut sebagai karangan khas (feature).
Menurut pakar yang lain, McKinney, feature adalah suatu tulisan yang berada di luar tulisan yang bersifat berita langsung. Dalam tulisan hi pegangan utama 5W1H dapat diabaikan. Sedangkan Wolseley dan Campbell dalam Exploring Journalism (1957) memasukkan feature pada surat kabar ke dalam segi hiburan (entertainment). Secara gamblang ia mengiaskan feature pada surat kabar sebagai asinan dalam sajian makanan. Ia tidak memberikan kalori utama, tetapi ia menimbulkan selera makan dan penyedap. Ia merupakan bagian cukup penting, sehingga surat kabar memenuhi pula fungsi ketiga yang tidak dapat diabaikan, yakni hiburan (entertainment) di samping fungsi memberi informasi dan pendidikan (Assegaff, 1983:55).
Jadi jelas, feature bukanlah menu utama surat kabar, tabloid, majalah, atau media massa. Menu utama surat kabar tetap adalah berita. Feature adalah menu penunjang surat kabar atau media massa. Sifatnya sebagai pelengkap. Feature juga dapat diabaikan oleh khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa media massa. Hanya, dengan merujuk pada analogi sajian makanan pada sebuah pesta, siapa pun pengunjung pesta tidak akan merasa afdal apabila sesudah makan berat, is tak mencicipi menu penunjang seperti puding, aneka buahbuahan, atau ice cream. Begitu juga dengan pembaca surat kabar. la tak akan merasa afdal apabila setelah menyimak berita, tak sekaligus juga menikmati hidangan feature.
Feature dapat dikatakan juga sebagai artikel yang kreatif, terkadang subyektif, yang dimaksudkan untuk membuat senang dan memberi informasi kepada pembaca tentang suatu kejadian, keadaan atau aspek kehidupan. Feature memungkinkan reporter ‘’menciptakan’’ sebuah cerita. Meskipun masih diikat etika bahwa tulisan harus akurat karangan tidak boleh fiktif dan bersifat khayalan, reporter bisa mencari feature dalam pikirannya, setelah mengadakan penelitian terhadap gagasannya itu.
2.2         Ciri-Ciri Feature
Dari sejumlah pengertian feature yang ada dapat ditemukan beberapa ciri khas tulisan feature, antara lain :
1.        Mengandung segi human interest
Tulisan feature memberikan penekanan pada fakta-fakta yang dianggap mampu menggugah emosi, menghibur, memunculkan empati dan keharuan. Dengan kata lain, sebuah feature juga harus mengandung segi human interest atau human touch, menyentuh rasa manusiawi. Karenanya, feature termasuk kategori soft news (berita lunak atau ringan) yang pemahamannyalebih menggunakan emosi. Berbeda dengan hard news (berita keras) yang isinya mengacu kepada dan pemahamannya lebih banyak menggunakan pemikiran.
2.        Mengandung unsur sastra
Satu hal penting dalam sebuah feature adalah is harus mengandung unsur sastra. Feature ditulis dengan cara atau gaya menulis fiksi. Karenanya, tulisan feature mirip dengan sebuah cerpen (cerita pendek) atau novel –bacaan ringan dan menyenangkan – namun tetap informatif dan faktual. Karenanya pula, seorang penulis feature pada dasarnya atau pada prinsipnya adalah seorang yang bercerita.
Jadi, feature adalah jenis berita yang sifatn ya ringan dan menghibur. Ia menjadi bagian dari pemenuhan fungsi menghibur (entertainment) sebuah surat kabar. Seorang penulis feature harus memiliki ketajaman dalam melihat, memandang, dan menghayati suatu peristiwa. Ia harus mampu pula menonjolkan suatu hal yang meskipun sudah umum, namun belum terungkap seutuhnya.
2.3         Unsur-Unsur yang Terdapat Dalam Tulisan Features
Sebagai sebuah cerita, feature dibangun dengan berpijak pada beberapa unsure pokok. Dalam cerita pendek, unsure-unsur pokok itu meliputi: karakter, mood atau suasana, tema, gaya, sudut pandang (point of view), dan setting. Menurut kritikus sastra Jakob Sumardjo, seorang pengarang terikat pada unsure-unsur itu meskipun ia bisa mencari variasi tersendiri. Seorang penulis bisa menekankan pada karakter atau tema, tapi tetap ia tidak bisa melepaskan diri dari unsur-unsur yang lain. Berikut penjelasan unsur feature yang diadaptasi dari cerpen menurut Haris Sumadiria dalam bukunya Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature (2014:183-189).

1.      Tema
Tema adalah ide sebuah cerita. Dalam feature, ide sering muncul dari berbagai peristiwa berita yang sifatnya aktual dan faktual. Ide tidak diperoleh lewat imajinasi, tetapi dipetik dari informasi, hasil penelusuran referensi, kerja observasi, pilihan visitasi, dan proses konfirmasi ke suatu atau berbagai pihak yang terkait. Wartawan sebagai penulis feature, sama sekali tak terlibat, dan memang tidak boleh terlibat, untuk melakukan suatu tindakan apapun. Wartawan sebagai penulis cerita hanya berhak melakukan rekonstruksi dan visualisasi atas apa yang dilakukan tokoh cerita sesuai dengan setting peristiwa yang terjadi.
2.      Sudut Pandang
Sudut pandang (point of view) pada dasarnya adalah visi pengarang, artinya sudut pandang yang diambil pengarang untuk melihat suatu kejadian cerita. Cerita feature, dengan merujuk pada sudut pandang, umunya lebih menyukai sudut pandang orang ketiga. Dengan sudut pandang orang ketiga, wartawan sebagai penulis feature, tahu tantang segalanya. Ia bisa menceritakan apa saja yang ia perlukan untuk melengkapi ceritanya sehingga mencapai efek yang diinginkan. Sebagian kecil wartawan, menyukai sudut pandang orang pertama dengan memerankan tokoh aku. Sudut pandang manapun yang dipilih, sesungguhnya bergantung pada selera wartawan atau reporter, redaktur, serta sifat dan bobot materi cerita yang ingin disampaikan kepada khalayak.
3.      Plot
Plot bukan jalan cerita. Dengan mengikuti jalan cerita kita dapat menemukan plotnya. Sesuatu yang menggerakan cerita adalah plot, yaitu segi rohaniah dari kejadian. Plot sering dikupas menjadi lima elemen: pengenalan, timbulnya konflik, konflik memuncak, klimaks, dan pemecahan soal (Sumardjo, 2004:15-16). Feature yang baik harus memiliki plot. Feature tidak mewajibkan pemunculan dan penajaman konflik dalam rangkaian adegan cerita. Feature mengangkat suatu situasi, keadaan, atau aspek kehidupan yang sifatnya faktual objektif. Tidak semua aspek kehidupan yang diangkat dalam cerita feature mangandung unsur konflik. Jadi, hanya pada peristiwa tertentu saja unsur konflik dan klimaks itu diperlukan atau dihadirkan.
4.      Karakter
Suatu cerita feature disebut baik, apabila karakter tokohnya dilukiskan dengan jelas, tegas, ringkas, dan spesifik. Setiap punya karakter atau kepribadian masing-masing, yang sekaligus membedakan dirinya dengan orang lain. Tokohlah yang menentukan segala-galanya dalam cerita. Pengarang tidak perlu pegang kemudi. Ia hanya membiarkan saja tokoh-tokoh cerita yang dipilihnya itu hidup dan bergerak sendiri menurut wataknya masing-masing, dan menciptakan situasi, membuat masalah, menimbulkan ketegangan, mencetuskan klimaks, dan akhirnya menutup cerita (Lajos Egri dalam Dipenogoro, 2003:51).
5.      Gaya
Gaya adalah cara khas pengungkapan seseorang. Cara bagaimana seorang pengarang memilih tema, persoalan, meninjau persoalan dan menceritakannya sebagai sebuah cerpen. Sebagai cerita, feature ditulis oleh wartawan atau reporter dengan gaya masing-masing. Ada wartawan yang sangat mengagumi gaya Putu Wijaya, ada yang sangat menyukai gaya Ahmad Tohari, dll. Berbeda dengan berita yang gaya penulisannya sama karena mengacu pada teknik melaporkan, pola piramida terbalik, dan rumus 5W1H.
6.      Suasana
Suasana dalam cerita pendek membantu menegaskan maksud. Di samping itu suasana juga merupakan daya pesona sebuah cerita. Sama halnya dengan feature, tidak ada cerita feature tanpa suasana. Karena suasana itulah yang bisa menghidupkan cerita feature sehingga memikat pembaca, enak dibaca, berjiwa, dan sanggup melantunkan pesan-pesan moral tertentu yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Menulis feature adalah melukis suasana peristiwa. Dari suasan itulah kemudian timbul imajinasi dan fantasi pembaca, pendengar atau pemirsa.
7.      Lokasi Peristiwa
Setting  tidak hanya menunjukkan tempat kejadian dan kapan terjadinya, tetapi berkaitan juga dengan karakter, tema, suasana cerita. Feature juga harus mengandung unsur ini. Dalam feature, unsur tempat/setting, tidak sekadar sebagai keterangan pelengkap sebagaimana dijumpai pada berita langsung. Dalam feature, setting justru memainkan peran yang amat menetukan jalannya cerita. Setting bencana alam seperti gempa dan gelombang tsunami di Aceh dan Sumut pada 26 Desember 2004, dengan korban tewas lebih dari 100 ribu jiwa, misalnya, memunculkan aroma tragedy kemanusiaan yang luar biasa.
2.3.1 Sifat-Sifat Feature
Feature merupakan berita yang berfungsi sama dengan berita umumnya, tetapi dengan gaya bahasanya yang terkesan seperti seni itu adalah ciri khas dari feature. Target yang ingin dicapainya adalah perasaan pembaca bukan rasio, seperti sasaran berita umumnya.
Ada beberapa sifat feature menurut Tempo (1979:6-8) yaitu:
1.    Kreatif (adanya unsur kreativitas); Feature membutuhkan kreativitas penulisnya, dalam mencari objek tulisan yang khas, yang kadang-kadang merupakan peristiwa biasa, namun belum pernah atau jarang terungkap. Dalam penyusunan feature, penulis tidak terlalu terikat pada tekhnik penyajian tertentu. Penyajian feature dapat berbeda-beda tergantung pada kekhasan penulisnya. Kreativitas penulis sangat dituntut untuk menuturkan informasi yang diperolehnya. Penyajian permasalahan dikembangkan dengan kreativitas penulisnya. Kadang ada pakar yang menyebut feature lebih mendekati sastra. Persamaan ini dilihat dari sudut pandang tekhnik penyajiannya yang membolehkan pemanfaatan kreativitas. Kesamaan feature dengan sastra bukanlah dari sudut data dan fakta. Dalam feature tetap dimuat data dan fakta yang benar dan akurat.
2.    Variatif (adanya unsur menghibur); Sebuah feature ditulis dengan gaya penulisan yang variatif dengan mampu membangkitkan imajinasi pembacanya. Diksi atau pilihan kata, komposisi atau rangkaian kata-kata, kalimat dan paragrafnya, dari fakta-fakta yang diperoleh ditulis tidak monoton, hidup dan variatif. Feature disusun dengan penyajian yang bisa membuat pembaca mengendorkan syaraf-syaraf yang tegang karena terlalu sibuk bekerja. Karena disajikan dengan gaya santai, feature diharapkan dapat menghibur pembaca. Feature adalah bentuk komunikasi yang santai. Feature banyak ditemukan dalam surat kabar mingguan. Sajiannya yang menghibur dapat membantu pembaca untuk menyegaran kembali pemikirannya. Surat kabar mingguan tidak tepat kalau isinya banyak berbentul berita langsung.
3.    Subyektif (adanya unsur subjektivitas); Feature bersifat subyektif. Yakni sangat tergantung sudut pandang, wawasan, intelektual, ketrampilan, dan karakter penulisnya. Dalam menyusun feature, penulis dibolehkan memasukkan unsur subjektivitas. Ini dimaksudkan agar feature bisa lebih menarik dan tersaji dengan lancar. Wartawan boleh memasukkan perasaan atau emosional sebatas untuk memudahkan penyajian, pikiran, dan oemahaman terhadap permasalahan dalam feature. Subjektivitas pada feature hanya sebatas untuk memudahkan penyajian, tidak untuk pengolahan data-data. Data-data yang subjektif hanya terdapat dalam sastra. Inilah yang membedakan feature dengan sastra. 
4.    Informatif; Feature membantu pembaca dengan memperjelas suatu keadaan untuk merasakan gambaran dari suaru kejadian, atau mempengaruhinya bertindak atau percaya. Nilai informatif feature berbeda dengan berita langsung yang benar-benar menyajikan informasi. Informasi dalam feature lebih mendalam dan lengkap. Feature disusun dan ditujukan untuk mengemukakan informasi-informasi penting dan bermanfaat bagi pembaca. Feature memuat ibnformasi-informasi yang mungkin diabaikan dalam penulisan berita langsung. Banyak persoalan yang tidak layak menjadi berita atau reportase, namun perlu dan bermanfaat untuk diketahui masyarakat. Yang cocok untuk mengungkapkan hal ini adalah dengan melalui feature.
2.3.2    Jenis-Jenis Feature
1.      Feature Berita : tulisan feature yang lebih banyak mengandung unsur berita, berhubungan dengan peristiwa aktual yang menarik perhatian khalayak.
2.      Feature Artikel : tulisan feature yang lebih cenderung ke dalam sastra. Biasanya dikembangkan dari sebuah berita yang tidak actual lagi atau berkurang aktualitasnya. Misalnya, tulisan mengenai keadaan atau suatu kejadian, seseorang, suatu hal, suatu pemikiran, tentang ilmu pengetahuan.dan lain-lain yang dikemukakan sebagai laporan (informasi) yang dikemas secara ringan dan menghibur.
Berdasarkan tipenya, maka feature dapat dibedakan menjadi:
1.      Feature Human Interest (langsung sentuh keharuan, kegembiraan, kejengkelan atau kebencian, simpati dan sebagainya). Misalnya, cerita tentang penjaga mayat di rumah sakit, liku-liku kehidupan seorang guru di daerah terpencil, atau kisah seorang penjahat yang dapat menimbulkan  kejengkelan.
2.      Feature pribadi-pribadi menarik atau feature biografi. Misalnya riwayat hidup seorang tokoh yang m,eninggal, tentang seorang yang berprestasi, atau seseorang yang meiliki keunikan sehingga bernilai berita tinggi.
3.      Feature Perjalanan. Misalnya, kunjungan ke tempat bersejarah di dalam atau di luar negeri, atau ke tempat yang jarang di kunjungi orang. Dalam feature jenis ini, biasanya unsure subjektivitas menonjol, karena biasanya penulisnya yang terlibat langsung dalam pweristiwa/ perjalanan itu mempergunakan “Aku”, “saya”, atau “kami” (sudut pandang- point of view-orang pertama).
4.      Feature Sejarah, yaitu tulisan tentang peristiwa masa lalu, misalnya peristiwa proklamasi kemerdekaan, atau peristiwa keagamaan dengan memunculkan “tafsir baru” sehinggga tetap terasa aktual untuk masa kini. 
5.      Feature Petunjuk Praktis (Tips), artikel, Guidance Feature, atau mengajarkan keahlian- how to do it. Misalnya tentang memasak, merangkai bunga, membangu rumah, dan sebagainya.
2.3.3        Struktur Feature
Struktur tulisan feature umumnya disusun seperti kerucut terbalik, yang terdiri dari:
1.    Judul (head)
2.    Teras (Lead). Lead, intro atau teras feature, berisi hal terpenting untuk menarikl perhatian pembaca pada suatu hal yang akan dijadikan sudut pandang dimualinya penulisan
3.    Bridge atau jembatan antara lead dan body
4.    Tubuh tulisan (Body)
5.    Penutup (ending) yang biasanya mengacu kepada lead, menimbulkan kenangan atau kengerian, menyimpulkan yang telah diceritaakan atau mengajukan pertanyaan tanpa jawaban.
2.4         Teknik Penulisan Feature
Setelah reporter mengumpulkan informasi berita, maka selanjutnya adalah proses penulisan dan penyusunan berita. Reporter harus menulis teras berita yang pendek tetapi menarik bagi pembaca sehingga mereka tidak cepat-cepat beralih ke berita lain.
Teras dari tulisan feature bukan ringkasan isi berita. Teras feature sering kali berisi contoh, kisah ringan atau pernyataan yang membuka nuansa berita. Teras berita yang unik, mencolok dan menarik dapat diaplikasikan saat menulis tulisan feature. Ketika reporter telah menyelesaikan wawancara dan observasi, dia harus memilih teras berita berdasarkan pertimbangan:
Ø  Bagian apa yang paling berpengaruh?
Ø  Kisah apa yang ingin disampaikan?
Ø  Apa yang membuat tulisan feature dapat dikatakan “kisah ini benar-benar menarik”?
Biasanya,  feature punya paragraf utama atau paragraf fokus sesudah teras berita. Paragraf inti atau fokus ini mengaitkan teras berita ke dalam fokus berita. Paragraf inti membantu pembaca memahami point utama berita dan memberi alasan bagi pembaca mengapa ia harus membaca berita tersebut. Paragraf utama akan memuat isi berita terkini jika berita feature ini dikaitkan dengan suatu kejadian. Mislnya, feature tentang keamanan berkendara memuat berita tentang kecelakaan di dalam paragraf inti.
Berita feature dapat ditata dalam bentuk apa saja dan bisa di tulis dengan panjang. Penulis sering menggunakan alat fiksi seperti ketegangan, kejutan, dialog, deskripsi, narasi dan klimaks dalam menegmbangkan isi berita feature jika dimungkinkan dan tepat.
Tujuan utamanya adalah membuat berita terus mengalir dan menarik pembaca tanpa henti. Susunlah berita sedemikian rupa sehingga pembaca dapat membaca dengan urutan logis. Penataan susunan akan bervariasi bergantung pada tipe beritanya. berita feature dapat ditulis secara kronologis. Atau bisa juga dengan teknik flashback seperti dalam film. Jika penulis menggunakan elemen kejutan dan ketegangan, maka pikatlah perhatian pembaca dengan sedikit informasi sembari tetap mempertahankan ketertarikan pembaca. Ini adalah tugas yang amat sulit. Penulis feature harus menyusun outline struktur beritanya sebelum mereka menulis.



BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Feature dapat dikatakan juga sebagai artikel yang kreatif, terkadang subyektif, yang dimaksudkan untuk membuat senang dan memberi informasi kepada pembaca tentang suatu kejadian, keadaan atau aspek kehidupan. Feature memungkinkan reporter ‘’menciptakan’’ sebuah cerita. Meskipun masih diikat etika bahwa tulisan harus akurat karangan tidak boleh fiktif dan bersifat khayalan, reporter bisa mencari feature dalam pikirannya, setelah mengadakan penelitian terhadap gagasannya itu.
Feature merupakan berita yang berfungsi sama dengan berita umumnya, tetapi dengan gaya bahasanya yang terkesan seperti seni itu adalah ciri khas dari feature. Target yang ingin dicapainya adalah perasaan pembaca bukan rasio, seperti sasaran berita umumnya.
Adapun jenis-jenis feature, di antaranya: Feature Berita, Feature Artikel. Sedangkan berdasarkan tipenya, maka feature dapat dibedakan menjadi: Feature Human Interest (langsung sentuh keharuan, kegembiraan, kejengkelan atau kebencian, simpati dan sebagainya), Feature pribadi-pribadi menarik atau feature biografi, Feature Perjalanan, Feature Sejarah, yaitu tulisan tentang peristiwa masa lalu,  Feature Petunjuk Praktis (Tips).
Struktur tulisan feature umumnya disusun seperti kerucut terbalik, yang terdiri dari: a) Judul (head), b) Teras (Lead). Lead, intro atau teras feature, c)   Bridge atau jembatan antara lead dan body, d)Tubuh tulisan (Body), e) Penutup (ending).
Teknik Penulisan Feature terlebih dahulu reporter mengumpulkan informasi berita kemudian proses penulisan dan penyusunan berita. Dalam penulisan berita reporter harus menulis teras berita yang menarik, setelah itu, biasanya feature punya paragraf utama atau paragraf fokus sesudah teras berita. Paragraf inti atau fokus ini mengaitkan teras berita ke dalam fokus berita. Susunlah berita sedemikian rupa sehingga pembaca dapat membaca dengan urutan logis.
3.2  Saran
Menulis feature sama halnya menulis karya nonfiksi lain, namun feature ditulis dalam bentuk suatu informasi yang mengandung sisi human interest . Ada baiknya bagi yang ingin menulis feature harus memerhatikan terlebih dahulu teknik-teknik penulisannya agar mempermudah dalam menulis feature.


DAFTAR PUSTAKA :
Sumadiria, AS Haris. 2014. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Rabu, 25 November 2015

Konvergensi Media

A.        Definisi Konvergensi Media
Ada dua kata yang terlintas ketika mendengar konvergensi media yakni tentang teknologi dan komunikasi. Banyak orang menyebut era ini sebagai era konvergensi media, hal tersebut merujuk pada perkembangan teknologi komunikasi digital yang ada, khususnya karena keberadaan internet. Perkembangan teknologi komunikasi digital dewasa ini telah menjadi salah satu fokus penelitian para pakar komunikasi karena merubah pola komunikasi linier yang ada. Ia telah berdampak juga terhadap produksi pesan, pengelolaan konten, dan distribusi pesan melalui digitalisasi.
Pengertian Convergence atau Konvergensi secara harfiah  adalah dua benda atau lebih bertemu/bersatu di suatu titik; pemusatan pandangan mata ke suatu tempat yang amat dekat. Secara umum, konvergensi adalah penyatuan berbagai layanan dan teknologi komunikasi serta informasi (ICTS – Information and Communication Technology and Services). Dalam arti paling umum, konvergensi berarti runtuhnya penghalang lama yang sebelumnya memisahkan ICTS antara industri dan industri, antara aplikasi dan aplikasi, antara produser dan konsumen, antara negara dan negara.Masing-masing mempengaruhi kepemilikan minoritas, penggunaan dan akses teknologi informasi (IT) dengan berbagai cara.
Teknologi informasi mutakhir telah berhasil menggabungkan sifat-sifat teknologi telekomunikasi konvensional yang bersifat massif dengan teknologi komputer yang bersifat interaktif. Fenomena ini lazim disebut sebagai konvergensi, yakni bergabungnya media telekomunikasi tradisional dengan internet sekaligus. konvergensi mengarah pada penciptaan produk-produk yang aplikatif  yang mampu melakukan fungsi audiovisual sekaligus komputasi.
Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan informasi atau pesan. Kata media berasal dari kata latin, merupakan bentuk jamak dari kata “medium”. Secara harfiah kata tersebut mempunyai arti "perantara" atau "pengantar", yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver). Jadi, dalam pengertian yang lain, media adalah alat atau sarana yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Banyak ahli dan juga organisasi yang memberikan batasan. Media di sini dibagi menjadi tiga jenis diantaranya media audio, media visual dan media audio visual.
Jadi, Konvergensi media adalah penggabungan atau pengintegrasian media-media yang ada untuk digunakan dan diarahkan kedalam satu titik tujuan. Konvergensi media biasanya merujuk pada perkembangan teknologi komunikasi digital yang dimungkinkan dengan adanya konvergensi jaringan.

B.        Perkembangan Konvergensi Media
Konvergensi pada umumnya berarti persimpangan media lama dan baru. Henry Jenkins menyatakan bahwa konvergensi adalah aliran konten di platform beberapa media, kerja sama antara industri beberapa media, dan perilaku migrasi khalayak media
Konvergensi media tidak hanya pergeseran teknologi atau proses teknologi, namun juga termasuk pergeseran dalam paradigma industri, budaya, dan sosial yang mendorong konsumen untuk mencari informasi baru. Konvergensi media terjadi dengan melihat bagaimana individu berinteraksi dengan orang lain pada tingkat sosial dan menggunakan berbagai platform media untuk menciptakan pengalaman baru, bentuk-bentuk baru media dan konten yang menghubungkan kita secara sosial, dan tidak hanya kepada konsumen lain, tetapi untuk para produsen perusahaan media.
Gerakan konvergensi media tumbuh secara khusus dari munculnya Internet dan digitalisasi informasi. Konvergensi media ini menyatukan 3C yaitu computing (memasukkan data melalui komputer), communication (komunikasi), dan content (materi isi/ konten). Teori konvergensi media yang diteliti oleh Henry Jenkins pada tahun 2006, menyatakan bahwa konvergensi media merupakan proses yang terjadi sesuai dengan perkembangan budaya masyarakat.
1.       Pendorong konvergensi media
Perubahan perilaku konsumen:
Ø  Pada tahun 2009 sebuah penerbitan surat kabar media di Amerika Serikat The Boston Globe menunggu nasib untuk ditutup atau diteruskan oleh investor baru. Performa koran yang sudah berusia 137 tahun itu terus merosot karena perubahan perilaku konsumen membaca berita. Oplah menurun 14 persen dalam enam bulan pada tahun 2009.
Ø  Tahun 2009 di Amerika Serikat merosotnya sirkulasi dan pendapatan dari iklan juga memaksa surat kabar Tribune Co. memutuskan hubungan kerja 61 orang dari 205 tim berita The Baltimore Sun. Sepekan sebelumnya, Chicago Tribune juga merumahkan 53 karyawan ruang redaksi.
Ø  Harga bahan baku koran semakin mahal.
2.       Pendukung konvergensi media
Ø  Media massa konvensional (Televisiradiosurat kabar dll)
Ø  Internet
Ø  Perangkat lunak atau software.
3.    Konvergensi Media di Indonesia
Perkembangan konvergensi media di Indonesia adalah buah dari proses perubahan gradual yang melanda industri media itu sendiri. Efisiensi, perluasan pasar, kecepatan menyiarkan, dan integrasi sumberdaya adalah esensi konvergensi media di Indonesia. Teknologi informasi dan komunikasi menjadi penopang di bawahnya. Hampir satu dekade belakangan, industri media di Indonesia mengalami hingar-bingar seiring kemajuan pesat teknologi informasi dan komunikasi. Awalnya adalah ketika sejumlah media melakukan resizing dan reformat produk, terutama suratkabar harian, pada medio dekade 2000-an. Perubahan format itu membawa implikasi pada penyesuaian ukuran dan kualitas konten di masing-masing media. Budaya jurnalisme pun ikut berubah. Gaya menulis tidak bisa lagi sepanjang dan sebanyak tatkala masih menggunakan ukuran dan format lama (murni broadsheet). Ini karena surakatkabar-suratkabar di Indonesia telah mengubah ukuran produk mereka menjadi enam atau tujuh kolom (junior broadsheet), bahkan hingga yang berukuran kompak (compact size).
Pada saat yang bersamaan, sejumlah perusahaan media cetak mulai serius mengembangkan versi digitalnya. Patut dicatat, hampir satu dekade sebelumnya, beberapa perusahaan suratkabar telah merilis versi online, seperti Republika dan Kompas, namun baru sekadar sebagai komplimentari versi cetak dan belum digarap serius dalam konteks konvergensi media. Perubahan format tersebut dipicu oleh tren multimedia yang dihasilkan teknologi komunikasi melalui kehadiran internet. Belakangan, internet dan mobile communication menjadikan orang semakin mudah mengakses informasi media melalui aneka platform. Secara umum, dalam kasus Indonesia, konvergensi media berangkat dari basis model suratkabar cetak yang berkolaborasi dengan versi online. Inilah jejak otentik konvergensi media di Indonesia. Dalam perkembangannya kemudian, kolaborasi surakabar cetak dengan media online, lalu menular dengan mengikutsertakan medium radio dan televisi dalam line up konvergensi. Bahkan, model lain yang berangkat dari majalah cetak dan online juga. 
C.        Dimensi Konvergensi Media
Terdapat lima dimensi dalam konvergensi, diantaranya adalah konvergensi teknologi, konvergensi jurnalisme, kepemilikan, kolaborasi, koordinasi media konten, dan konsumsi dari konten media.

1.    Konvergensi Teknologi
Definisi dari istilah konvergensi banyak berfokus kepada teknologinya. Burnett dan Marshall (2003) misalnya mengatakan “the impact of the webdefines convergence as the blending of the media, telecommunications and computerindustries, and the coming together of all forms of mediated communication in digital form”. Grant menyebutkan dua perkembangan teknologi spesifik yang sangat penting bagikonvergensi media, yakni teknologi digital (analog-digital) dan jaringan komputer.
2.    Konvergensi Jurnalisme
Dari sisi konvergensi jurnalisme, kini kita mengenal berbagai organisasi media yang mulai melebarkan jangkauan informasinya dengan memiliki sebuah ruang berita baru di dunia mayaatau media online. Banyak organisasi media yang mendistribusikan konten mereka darimedia konvensional seperti TV, radio, dan media cetak ke media online. Dengan adanya media online, masing-masing organisasi akan dapat meningkatkan kapasitasnya. Semisal media cetak, dengan memiliki media online ia dapat mengolah beritanya menjadi video, galeri foto, dan ruang berita yang lebih luas dibandingkan versi cetak. Selain meningkatkan kapasitasnya, masing-masing dari organisasi itu juga dapat meningkatkan interaktivitas dengan pembaca, misalnya dengan memberi ruang komen, blog, hyperlink, dsb.
3.    Kepemilikan (Ownership)
Dimensi lainnya dari konvergensi media ialah mengenai kepemilikan (ownership). Konvergensi memungkinkan terjadinya kepemilikan dua atau lebih media dalam melayani satu kesatuan pasar yang sama. Isu inilah yang sangat dekat dengan kondisi industri media di Indonesia, di mana kepemilikan terhadap dua atau lebih jenis media sangat dimungkinkan. Contohnya MNC Grup yang dimiliki oleh Hary Tanoesoedibjo. Ia berhasil merajai tidak hanya pasar media cetak, melainkan juga memiliki media siar dan online yang cukup besar dan berpengaruh secara nasional di Indonesia. Konvergensi juga memungkinkan terjadinya kolaborasi. Dewasa ini, kebanyakan organisasi media besar cenderung melakukan kolaborasi atau kerjasama dengan sesama media besar lainnya dibanding melihat hal tersebut sebagai ancaman atau kompetitor.
4.    Kolaborasi
Hubungan kolaboratif harus saling menguntungkan untuk bertahan. Kekuatan eksternal juga berdampak pada awal dan akhir dari upaya kolaboratif tersebut, hal ini termasuk  dari tujuan korporasi dan tawaran dari kompetisi. Untuk mencegahnya dari kecenderungan monopoli, halini dapat dicegah dengan adanya pengaturan atau regulasi.
5.    Koordinasi Media Konten
Selain kolaborasi, konvergensi juga memungkinkan adanya koordinasi. Apa yangmembedakan antara dimensi kolaborasi dan koordinasi? Kalau kolaborasi cenderung dilakukan oleh antar media besar, koordinasi lebih kepada praktek konvergensi jurnalisme,misalnya berbagi konten berita, personil atau SDM, dsb. Hal ini sering terjadi antar media besar nasional dengan media kecil atau lokal. Motivasi dari koordinasi ini biasanya tidakuntuk mencapai skala ekonomi melainkan untuk mencapai visibilitas yang lebih besar di pasar melalui promosi silang atau  untuk mengakses sumber daya yang seharusnya tidak tersedia.
D.        Implikasi Konvergensi Media
Berbicara tentang implikasi (akibat, dampak, atau pengaruh) dari konvergensi media tentu banyak sekali. Konvergensi media memiliki implikasi positif dan negatif.
1.         Implikasi Positif
Ø Konvergensi media memperkaya informasi secara meluas tentang seluruh dunia karena ada akses internet.
Ø Memberikan banyak pilihan kepada masyarakat pengguna untuk dapat memilih informasi yang diinginkan sesuai selera, contohnya saja adalah televisi interaktif dan televisi multisaluran dimana pengguna memilih sendiri program siaran yang disukai. Sehingga penggunaan teknologi konvergensi menjadi lebih personal.
Ø Lebih mudah, praktis dan efisien. Tidak perlu punya dua media kalau ternyata bisa punya satu media saja dengan dua fungsi.
Ø Timbulnya demokratisasi informasi dimana semua orang bisa mengakses informasi secara bebas dan luas denganberbagai cara dan bentuk.
Ø Dalam implikasi ekonomi, konvergensi berpengaruh terhadap perusahaan dan industri teknologi komunikasi karena mengubah perilaku bisins. Keuntungan yang didapat dari hasil konvergensi media sangat menguntungkan dan memajukan perusahaan. Selain itu, mudahnya akses informasi membuat industri dan perusahaan semakin mudah dan cepat mengantisipasi tantangan, kebutuhan baru konsumen serta persaingan yang mengetat.
Ø Di bidang pekerjaan, jelas sekali di jaman sekarang ini jenis-jenis pekerjaan yang berhubungan dengan teknologi digandrungi banyak orang dan peminat seperti hal-hal yang berbau IT atau sistem informasi, menurut saya hal ini menjadi bukti kuatnya teknologi dalam kehidupan manusia.
Ø Masyarakat mendapatkan informasi lebih cepat. Contohnya, para pembaca berita online hanya dengan mengklik informasi yang diinginkan di komputer maka sejenak informasi itu pun muncul.
Ø Interaktif. Masyarakat bisa langsung memberikan umpan balik terhadap informasi-informasi yang disampaikan. Media konvergen memunculkan karakter baru yang makin interaktif, dimana penggunanya mampu berkomunikasi secara langsung dan memperoleh konsekuensi langsung atas pesan (Severin dan Tankard, 2001: 370).
Ø Konvergensi media menyediakan kesempatan baru yang radikal dalam penanganan, penyediaan, distribusi dan pemrosesan seluruh bentuk informasi secara visual, audio, data dan sebagainya (Preston, 2001: 27).
2.         Implikasi Negatif
Ø Perubahan gaya hidup masyarakat yang menjadi kecanduan teknologi (cybermedia dan cybersociety). Adanya ketergantungan teknologi dimana segala sesuatu menjadi serba praktis dan otomatis. Menurut saya teknologi yang praktis memang bagus karena mempercepat dan memudahkan, namun hal ini juga bisa menjadi buruk jika kita tidak bijak menggunakannya,mengapa? Karena dengan adanya praktis kita cenderung menjadi orang yang “malas” dimana segala yang otomatis akan mempercepat hilangnya pekerjaan karena pekerjaan manusia sudah bisa digantikan dengan teknologi yang canggih.
Ø Munculnya masyarakat digital/ masyarakat maya. Kemajuan teknologi konvergensi yang maju telah mempersempit jarak dan mempersingkat waktu. Jarak dan waktu sudah bukan masalah lagi, misalnya anda di Eropa dengan saya di Asia bisa saling berkomunikasi saat itu juga melalui internet atau media lainnya tanpa perlu bertemu langsung. Hal ini menimbulkan masyarakat maya dimana komunikasi langsung secara face to face sudah tidak diminati lagi. Pendapat saya ini diperkuat dalam buku berjudul Handbook of new media: social shaping and social consequences of ICTs, dikatakan bahwa media konvergen menyebabkan derajat massivitas massa berkurang, karena komunikasinya makin personal dan interaktif (Lievrouw dan Livingstone, 2006: 164).
Ø Media cetak/media tradisional/media konvensional mulai kalah dengan media modern/media baru/ media online.
Ø Kesenjangan sosial yang semakin besar.
E.        Tantangan Konvergensi Media
Sifat alamiah perkembangan teknologi selalu saja mempunyai dua sisi, positif dan negatif. Di samping optimalisasi sisi positif, antisipasi terhadap sisi negatif konvergensi nampaknya perlu dikedepankan sehingga konvergensi teknologi mampu membawa kemaslahatan bersama. Pada arah politik ini diperlukan regulasi yang memadai agar khalayak terlindungi dari dampak buruk konvergensi media. Regulasi menjaga konsekuensi logis dari permainan simbol budaya yang ditampilkan oleh media konvergen. Tujuannya jelas, yakni agar tidak terjadi tabrakan kepentingan yang menjadikan salah satu pihak menjadi dirugikan. Terutama bagi kalangan pengguna atau publik yang memiliki potensi terbesar sebagai pihak yang dirugikan alias menjadi korban dari konvergensi media.

SUMBER :